Mengajar Di Sekolah Inklusi “SDN BAYEMGEDE II”
oleh :
anang riyadinanto, s.pd.SD
Mengajar di sekolah inklusi merupakan hal yang tak terpikirkan
sama sekali dalam benak saya. Tapi justru hal yang tak terpikirkan itulah yang
saya alami sekarang. Saat ini saya bagaikan nahkoda yang terus berlabuh
tanpa peta dan haluan yang jelas. Meskipun bahasa kontra menerpa, saya coba
tepis ombak dengan sentuhan kepedulian, dan kerelaan menerima.
Berprofesi sebagai guru sekolah inklusi bisa saja tak sengaja,
bukan cita-cita. Tetapi kalau sudah kadung tercebur, mau tak mau setiap guru
harus bisa beradaptasi dengan kondisi sekolah inklusi yang penuh dengan warna.
Itulah yang sedang saya lakukan sekarang. Saya berusaha menyesuaikan diri
dengan mempelajari berbagai metode mengajar yang terus berkembang sesuai dengan
tuntutan zaman. Bagi guru yang sudah lama mengajar di
sekolah inklusi mungkin hal itu menjadi hal yang biasa, tetapi bagi saya
pribadi sebagai guru baru pada waktu itu, lain lagi ceritanya. Bayangkan kita
harus mengajar siswa yang mengalami gangguan neurologis berat dengan berbagai
macam gejala. Mulai dari gangguan komunikasi (baik verbal maupun non verbal),
gangguan interaksi sosial, kelainan dalam perilaku, gangguan emosi, serta
gangguan sensoris.
Tiap siswa berkebutuhan khusus mengalami gejala-gejala tersebut
dalam tingkatan yang berbeda, dengan kata lain, karakter masing-masing individu
berbeda. Rumitnya lagi, saya harus mengajar siswa-mereka bersamaan dengan
siswa-siswa normal dalam satu kelas.. Salah seorang teman pernah “Saya Pusing dengan kondisi seperti ini!” Kepusingan teman saya
sangat beralasan karena anak-anak berkebutuhan khusus relative memilki emosi
yang tidak stabil sehingga tidak jarang menganggu stabilitas kelas.
SD sudah mengikhlaskan diri
untuk menerima siswa dengan kondisi apa pun, tanpa terkecuali. Keihklasan
itulah yang membuat guru-guru,khususnya saya semakin termotivasi dan tertantang
untuk memberikan layanan pendidikan terbaik bagi anak.
Mengajar siswa berkebutuhan khusus di SD inklusi ternyata tidak
jauh berbeda dengan sekolah reguler. Hanya saja, dalam penggunaan metode mengajar,
kita harus banyak berinovasi memberikan perhatian khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus. Misalnya saja saat membentuk kelompok, kita harus
mendorong siswa berkebutuhan khusus untuk tetap terlibat, meski dalam bentuk
yang sangat sederhana. Dalam memberi penilaian pun kita harus menggunakan
standar yang berbeda dengan menghargai perkembangan mereka di beberapa aspek
yang terkendala keterbatasan mereka. Ada kalanya pula kita harus bersikap
tegas. Siswa ABK seringkali hiperaktif, tantrum (berteriak-teriak), dan
berperilaku stereotipik (perilaku monoton dan berulang-ulang). Mereka juga tak
jarang mengalami gangguan emosi lainnya, sensitif, mudah marah, dan bersikap
histeris. Tatkala dihadapkan dengan perilaku seperti ini, selain telaten, kita
juga dituntut untuk bersikap tegas sebagai upaya mendisiplinkan mereka.
Proses pembelajaran ABK membutuhkan kerjasama yang sinergis
antara semua pihak yang terlibat di dalamnya, mulai dari guru, tutor (guru
pendamping ABK), kepala sekolah, orangtua, dan sebagainya. Semua harus
berkoordinasi untuk memberikan layanan pendidikan terbaik kepada mereka.
Perhatian lebih yang kita berikan kepada ABK ternyata secara tidak langsung
mampu meningkatkan kepedulian siswa normal lainnya kepada teman-temannya yang
berkebutuhan khusus.
Mengajar, bergaul, dan bergumul dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus membuat profesi guru menjadi lebih bermakna. Adalah hal biasa menjadikan anak-anak berprestasi menjadi lebih berprestasi, tapi akan sangat luar biasa apabila kita mampu menjadikan anak-anak yang berkebutuhan khusus menjadi anak-anak yang sadar bahwa mereka pun mempunyai potensi yang luar biasa untuk senantiasa digali dan dilejitkan di masa yang akan datang.
Mengajar, bergaul, dan bergumul dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus membuat profesi guru menjadi lebih bermakna. Adalah hal biasa menjadikan anak-anak berprestasi menjadi lebih berprestasi, tapi akan sangat luar biasa apabila kita mampu menjadikan anak-anak yang berkebutuhan khusus menjadi anak-anak yang sadar bahwa mereka pun mempunyai potensi yang luar biasa untuk senantiasa digali dan dilejitkan di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar