SEKOLAH INKLUSI SDN BAYEMGEDE II
anang riyadinanto
10 Agu 2014
Info Pendaftaran CPNS 2014
Bagi yang berminat untuk mendaftarkan diri sebagai calon pegawai negeri sipil silaahkan kunjungi halaman ini
10 Feb 2014
Falsafah Pendidikan Inklusi
Falsafah Pendidikan Inklusi
- Pendidikan untuk semua
- Setiap anak berhak untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak
- Belajar hidup bersama dan bersosialisasi
- Setiap anak berhak untuk mendapatkan perhatian yang sama sebagai peserta didik
- Integrasi pada lingkungan
- Setiap anak berhak menyatu dengan lingkungannya dan menjalin kehidupan sosial yang harmonis Penerimaan terhadap perbedaan
- Setiap anak berhak dipandang sama dan tidak mendapatkan diskriminasi dalam pendidikan “Children who learn together.. learn to live together.” (Marsha Forest)
? Jenis Keterbatasan Anak
Permasalahan Fungsi Pikir
- Hambatan Kesukaran Belajar. Kesulitan memahami, mengingat, menghitung, membaca
- Hambatan Pemusatan Perhatian. Hiperaktif, perilakun yang tidak sesuai situasi, mencari perhatian, menyela pembicaraan, perilaku berlebihan
- Hambatan Berbicaran & Berkomunikasi. Gagap, kesalahan pengucapan, cedal, sulit menangkap percakapan
Permasalahan Fungsi Sosial dan Perilaku
- Hambatan Emosin & Perilaku. Suasana hati berubah cepat, agresif, memukul, berteriak, mengejek Autis. Minim kontak sosial, menyendiri, gerakan tak lazimn
? Jenis Keterbatasan Anak Keterlambatan Fungsi Pikir & Sosial
- Mental Retarded. IQ dibawah rerata, keterbatasann berkomunikasi, kompetensi akademis minim Anak Berbakat
- Gifted. Kreatif, suka mengganggu, mudah tidakn puas, eksplorasi luas Gangguan Fisik & Indera
- Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dann keterbatasan ganda (penglihatan dan pendengaran)
Keuntungan Program Inklusi Anak dengan Kebutuhan Khusus
Keuntungan Program Inklusi Anak dengan Kebutuhan Khusus
- Terhindar dari label negatif
- Anak memiliki rasa percaya diri
- Memiliki kesempatan menyesuaikan diri
- Anak memiliki kesiapan menghadapi kehidupan nyata
- Anak Tanpa Kebutuhan Khusus belajar mengenai keterbatasan tertentu
- Mengetahui keterbatasan/keunikan temannya
- Peduli terhadap keterbatasan temannya
- Dapat mengembangkan keterampilan sosial
- Berempati terhadap permasalah temannya
- Membantu temannya yang kesulitan
8 Feb 2014
Klasifikasi anak tunalaras
Klasifikasi anak tunalaras
1. anak
yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial:
1. The
Semi-socialize child, anak yang termasuk dalam kelompok ini dapat
mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan tertentu. Misalnya:
keluarga dan kelompoknya. Keadaan seperti ini datang dari lingkungan yang
menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian anak selalu merasakan ada
suatu masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya.
2. Children
arrested at a primitive level of socialization, anak pada kelompok ini
dalam perkembangan sosialnya, berhenti pada level atau tingkatan yang rendah.
Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan kearah sikap sosial
yang benar dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang
dikehendakinya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari orang tua
yang mengakibatkan perilaku anak di kelompok ini cenderung dikuasai oleh
dorongan nafsu saja. Meskipun demikian mereka masih dapat memberikan respon
pada perlakuan yang ramah.
3. Children
with minimum socialization capacity, anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan
sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh
pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang
sehingga anak pada golongan ini banyak bersikap apatis dan egois.
2. Anak
yang mengalami gangguan emosi, terdiri dari:
1. neurotic
behavior,
anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan orang lain akan tetapi mereka
mempunyai masalah pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan
mudah dihinggapi perasaan sakit
hati,
perasaan cemas, marah, agresif dan
perasaan bersalah. Di samping itu kadang mereka melakukan tindakan lain seperti mencuri dan
bermusuhan. Anak seperti ini biasanya dapat dibantu dengan terapi seorang konselor.
Keadaan neurotik ini biasanya disebabkan oleh sikap keluarga yang menolak atau
sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena
kesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.
2. children
with psychotic processes, anak pada kelompok ini mengalami gangguan
yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka
sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri
serta tidak memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh
gangguan pada sistem
syaraf sebagai akibat dari keracunan, misalnya minuman
kerasdan
obat-obatan
Perbedaan Tuna Grahita dan Autis
Perbedaan Tuna Grahita dan
Autis
Hati-hati
memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anak yang sulit berkomunikasi.
Keliru pendekatan dan terapi sangat berisiko menghambat perkembangan
intelegensia anak.
Selama
ini, anak yang sulit berkomunikasi dan menahan emosi cenderung dicap
tunagrahita. Itu karena kurangnya
pemahaman utuh tentang apa yang disebut anak-anak berkebutuhan khusus.
“Bisa jadi, anak yang bergejala demikian
tergolong autisme. Antara autisme dan tunagrahita terdapat perbedaan mendasar
sehingga perlakuan yang diberikan pun harus berbeda,” ujar Mudjito, Direktur
Pendidikan Luar Biasa Depdiknas di sela-sela seminar “Memahami dan Mencari
Solusi Kesulitan Belajar pada Anak Autisme” di Depok, Jawa Barat, Sabtu (26/2).
Menurut Mudjito, autisme ialah anak yang
mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami
gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antarjaringan
dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat, sedangkan yang
lainnya biasa-biasa saja. Survei menunjukkan, anak-anak autisme lahir dari
ibu-ibu kalangan ekonomi menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke
ibunya tak seimbang.
Adapun tunagrahita adalah anak yang mengalami
hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak
hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik.
Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak
seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan
gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
“Sepintas, anak-anak autis dan tunagrahita
memang sama-sama sulit berkomunikasi. Tetapi, dalam perkembangannya, pada
situasi tertentu anak-anak autis bisa lebih cerdas membahasakan sesuatu,
melebihi anak-anak normal seusianya,” tambah Mudjito.
Dalam seminar yang menampilkan drg Sri Utami
Soedarsono (Direktur Pelita Hati, Pusat Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan
Khusus) serta Ery Soekresno Psi (konsultan anak berkebutuhan khusus) tersebut,
terungkap bahwa istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti diri
sendiri dan isme yang berarti aliran. Autisme berarti suatu paham yang tertarik
hanya pada dunianya sendiri.
Penyebab autis sangat kompleks, tak lepas dari
faktor genetika dan lingkungan sosial. Awal Februari lalu, para ilmuwan yang
bertemu pada “Autism Summit” di California, Amerika Serikat (AS), sepakat bahwa
gejala autisme disebabkan oleh interaksi sejumlah gen dengan faktor-faktor
lingkungan yang belum teridentifikasi.
Mengutip International Herald Tribune (10/2),
Mudjito menguraikan, ditemukan sedikitnya dua indikasi autisme pada bayi baru
lahir. Pertama, zat putih pada otak-yang berisi serat-serat penghubung neuron
di wilayah terpisah dalam otak-berkembang hingga 9 bulan, kemudian berhenti.
Pada usia 2 tahun, zat putih ini ditemui secara berlebihan di lobes bagin
depan, cerebellum, dan wilayah asosiasi di mana terjadi pemrosesan tingkat
tinggi.
Kedua, lingkaran kepala bayi baru lahir lebih
kecil daripada rata-rata lingkaran kepala bayi baru lahir pada umumnya. Pada
usia 1-2 bulan, tiba-tiba otaknya tumbuh dengan pesat. Hal serupa terjadi pada
usia 6 bulan-2 tahun. Pertumbuhan ini lalu menurun pada usia 2-4 tahun. Ukuran
otak anak autis berusia 5 tahun lebih kurang sama dengan ukuran otak anak
normal berusia 13 tahun.
Beberapa teori lain juga mengungkapkan,
autisme juga dapat disebabkan oleh virus seperti rubella, toxo, herpes, jamur,
nutrisi buruk, perdarahan, dan keracunan makanan saat hamil. Hal itu menghambat
pertumbuhan sel otak pada bayi sehingga fungsi otak pada bayi yang dikandung
terganggu, terutama fungsi pemahaman, komunikasi, dan interaksi.
Terkait dengan nutrisi, Mudjito menunjuk pola
hidup pada masyarakat kota turut mendukung potensi lahirnya anak
autis. Misalnya, mengonsumsi makanan dan minuman tanpa pengendalian mutu,
termasuk makanan cepat saji. Bisa juga karena sayur dan buah yang dikonsumsi
mengandung zat pestisida.
Tak pelak, prevalensi (peluang terjadinya)
autisme sangat pesat. Tahun 1980-an, di AS, dari hanya 4-5 anak yang autis per
10.000 kelahiran naik menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran pada tahun 1990-an.
Tahun 2000-an, sudah mencapai 60 per 10.000 kelahiran.
Belum ada data tentang prevalensi autisme
di Indonesia. Namun, mengingat pola hidup kurang sehat di negara maju pun
sudah merambah masyarakat kota-kota besar di Indonesia, fenomenanya
diyakini mirip AS. “Di sekolah- sekolah luar yang berada
di kota besar, tidak sulit menemukan anak autis. Di pedalaman, hampir
tidak ditemukan,” papar Mudjito.
Ia menghargai maraknya inisiatif lembaga
sosial di tiap kota yang membuka layanan pendidikan khusus bagi
autisme. Apalagi pola pendekatannya cenderung menyeluruh, termasuk aspek medis.
Hanyalah satu dari delapan jenis kelainan
gejala khusus yang menjadi sasaran layanan pendidikan khusus, yang kini
dikembangkan pemerintah dan masyarakat. Jenis-jenis kelainan lainnya mencakup
tunanetra (gangguan penglihatan), tunadaksa (kelainan pada alat gerak/tulang,
sendi, dan otot), tunagrahita (keterbelakangan mental), dan tunalaras
(bertingkah laku aneh).
Badan Pusat Statistik mencatat, saat ini
sekitar 1,5 juta anak di Indonesia yang mengalami kelainan seperti
itu. Namun, karena terbatasnya sarana pendidikan luar biasa, baru sekitar
50.000 anak yang mengenyam pendidikan. Sesuai Deklarasi Salamanca 1994 dan UU
Sistem Pendidikan Nasional, anak berkelainan khusus harus mendapatkan
pendidikan setara dengan anak-anak lainnya.
Oleh karena itu, pemerintah menggalakkan model
pendidikan inklusi, di mana sekolah umum bisa memberikan layanan pendidikan
terhadap anak berkebutuhan khusus, terpadu dengan siswa pada umumnya.
Sayangnya, pengadaan guru khusus untuk pendidikan layanan khusus masih sulit
dipenuhi. Tahun ini, dari 75.000 kuota pengangkatan pegawai negeri sipil untuk
guru, hanya 500 guru sekualifikasi itu yang terangkat. Padahal, secara nasional
masih dibutuhkan 1.500. Jika
secara totalitas anak berkebutuhan khusus saja sulit terlayani, apalagi anak
autis, yang selama ini cenderung dicap tunagrahita. (nasrullahnara) sumber:
kompas.
5 Feb 2014
Pendidikan Inklusi, Belajar dan berlatih

Pendidikan Inklusi, Belajar
dan berlatih
Bila menggunakan tari, musik dan drama, dan/atau seni rupa dan kerajinan, kita dapat menciptakan pengertian yang lebih baik, misalnya tentang konsep, kuantitas dan bilangan, atau peristiwa sejarah.
Dengan menggunakan ritme dan gerakan, dan/atau seni rupa dan kerajinan, kita dapat mengembangkan kekuatan dan kontrol yang lebih baik atas lengan, tangan dan jarinya. Latihan ini mungkin diperlukan untuk mempersiapkan anak belajar menulis.
Berikut ini adalah daftar bidang pemahaman dan keterampilan yang perlu diajarkan dan dilatihkan kepada anak. Bidang-bidang ini merupakan dasar bagi bidang-bidang pengetahun dan keterampilan lain dan akan memberikan suatu dasar untuk pembelajaran selanjutnya.
* Keterampilan dasar
o Perhatian dan kesadaran
o Konsentrasi – kesiagaan, perhatian –reaksi
o Meniru
o Keterampilan motorik
o Ingatan
* Keterampilan yang terkait dengan kemandirian dan swasembada
* Kemampuan untuk sadar akan perasaan dan mengembangkan kontrol atas perasaan, artinya mengungkapkan perasaan secukupnya, bukan menekan perasaan.
* Konsep:
o Ruang – arah – bentuk – jarak – ukuran
o Waktu
o Jumlah – bilangan
o Urutan – rangkaian
o Berat
o Tekstur – konsistensi – suhu
* Mengembangkan kemampuan untuk
o Mengamati
o Meniru
o Mematuhi peraturan
4 Feb 2014
Tuna Rungu
Tunarungu

Alat Audiometer merupakan alat untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB).
Perilaku yang muncul terhadap peserta didik dengan kelainan tunarungu wicara disekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi (Gregory, S.Et al, 1998:47-57), ciri-ciri umum antara lain sebagai berikut:
a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas.
b. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
c. Keenganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.
d. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya dalam membaca.
(Hallahan & Kauffman, 1991: 232_274; Gearheart & Weishan, 1976:33-45; Kirk & Gallagher, 1989: 300-305).
Langganan:
Postingan (Atom)